MARSINAH
PAHLAWAN BURUH INDONESIA
A. BIOGRAFI MARSINAH
Marsinah lahir tanggal 10 April 1969.
Anak nomor dua dari tiga bersaudara inimerupakan buah kasih antara Sumini dan
Mastin. Sejak usia tiga tahun, Marsinahtelah ditinggal mati oleh ibunya. Bayi
Marsinah kemudian diasuh oleh neneknya—Pu’irah—yang tinggal bersama bibinya dides
aNglundo,Nganjuk,JawaTimur.
Sedari kecil, gadis berkulit sawo
matang itu berusaha mandiri. Menyadari nenek danbibinya kesulitan mencari
kebutuhan sehari-hari, ia berusaha memanfaatkan waktuluang untuk mencari
penghasilan dengan berjualan makanan kecil. Di lingkungan keluarganya,ia dikenal
anak rajin. Jika tidak adakegiatan sekolah,ia biasa membantu bibinya memasak didapur.
Sepulang dari sekolah,ia biasa mengantar makanan untuk pamannya di sawah.
Berbeda dengan teman sebayanya yang lebih sukabermain-main, ia mengisi waktu
dengan kegiatan belajar dan membaca. Kalaupunkeluar, paling-paling dia hanya
pergi untuk menyaksikan siaran berita televisi. Ia juga dikenal sebagai seorang
pendiam, lugu, ramah, supel, tingan tangan dan setia kawan.Ia sering dimintai
nasihat mengenai berbagai persoalan yang dihadapi kawan-kawannya. Kalau ada
kawan yang sakit, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk. Selain itu ia
seringkali membantu kawan-kawannya yang diperlakukantidak adil oleh atasan. Ia
juga dikenal sebagai seorang pemberani. Paling tidak 2 sifatyang terakhir
disebut—pemberani dan setia kawan—inilah yang membekalinyamenjadipeloporperjuangan.
Marsinah, tipikal buruh perempuan desa
yang mengkota tapi terpinggirkan, munculsebagai pahlawan di tengah hiruk pikuk
industrialisasi manufaktur dan represipenguasa di pertengahan dasawarsa 90-an.
Ia bukan hanya mewakili ‘nasib malang’jutaan buruh perempuan yang
menggantungkan masa depannya pada pabrik-pabrik padat karya berupah rendah,berkondisi
kerja buruk,dantakterlindungihukum,tapipembunuhannya yang dimediasikan dan
diartikulasikan oleh media massamenyediakan arena diskursif bagi pertarungan
berbagai kepentingan dan hubungan kuasa: buruh-buruh, pengusaha, serikat buruh,
lembaga swadaya masyarakat,birokrasi militer,kepolisian,dan sistem peradilan.
B. HAL YANG DILAKUKAN MARSINAH
UNTUK RAKYAT INDONESIA
Marsinah dan rekan-rekannya membuat 12 tuntutan
yaitu:
1. kenaikan upah sesuai kebutuhan buruh
2. tunjangan cuti haid
3. asuransi kesehatan buruh ditanggung
perusahaan
4. THR minta satu bulan gaji sesuai himbauan
pemerintah
5. uang makan ditambah
6. kenaikan uang transportasi
7. bubarkan Serikat Partai Buruh Seluruh
Indonesia
8. tunjangan cuti hamil
9. upah karyawan baru disamakan dengan upah
katyawan lama
10. pengusaha dilarang melakukan mutasi
11. intimidasi
12. dan PHK kepada karyaman yang menuntut
haknya.
12 tuntutan tersebut merupakan perjuangan yang dilakukan
marsinah untuk rakyat indonesia.
C) BERAKHIRNYA PERJUANGAN MEMBELA
RAKYAT
Marsinah memimpin aksi pekerja PT Catur Putra Surya untuk
mendapatkan kenaikan gaji dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250 per hari. Hal ini sesuai dengan instruksi Gubernur KDH TK I Jawa
Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada
pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan
gaji sebesar 20% gaji pokok. Namun aksi
itu membuat perusahaan panas. Gaji memang naik, namun akhirnya Marsinah dan
teman temannya harus berurusan dengan aparat Kodim.
Rekan Marsinah, Uus, membeberkan hilangnya Marsinah hingga
ditemukan tewas. Kejadiannya bermula saat Kodim memanggil 10 orang buruh PT CPS
yang aktif berdemo. Marsinah yang mendengar hal itu segera menyusul
teman-temannya ke Kodim. "Saat kami datang ke
kantor Kodim, ternyata ada teman kami yang disiksa," tutur Uus saat
berbincang dengan merdeka.com,
Sabtu (30/4). "Kamu tidak usah demo lagi, kamu harus
keluar dari pabrik tidak usah bekerja. Kamu tahu siapa yang ada di dalam itu.
Dengar suaranya, dia itu sekarang disiksa. Kalau tidak mau, kalian semua
nasibnya itu seperti yang ada di dalam," kata Uus menirukan salah satu
aparat Kodim waktu itu.Mendengar jeritan siksaan dari teman seperjuangan,
Marsinah tidak gentar. Meski mendapatkan ancaman, akan diculik dan disiksa
Marsinah terus melakukan pertemuan dan mendampingi teman-temannya. Tapi menurut Uus sebenarnya para buruh pun sudah puas
dengan keputusan perusahaan yang menaikan gaji. Bahkan Marsinah meminta
teman-temannya giat bekerja karena perjuangan sudah selesai.
"Wes yo rek,
perjuangane awak dewe wes mari. Upahe awak dewe wes diundakno. Saiki, aku
titip. Ayo kerjo sing temen, gawe masa depane awak dewe sesuk (Sudah iya rek,
perjuangan kita semua sudah selesai. Upah kita sudah dinaikan. Sekarang, saya
titip. Ayo kerja yang benar, buat masa
depan kita)," kata Uus menirukan perkataan Marsinah.
Dari pertemuan yang dilakukan di salah satu tempat kos
dekat gapura Siring Kuning, Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur, Marsinah dan tim buruh lainnya membubarkan diri.
"Sekitar pukul 10 malam (22.00 WIB), kita selesai
pertemuan. Mbak Marsinah saat itu pamit makan ke seberang Jalan Raya Porong.
Sedangkan kami, kembali ke kos masing-masing di Desa Siring," ujar dia.
Dari perpisahan itu, ternyata itu pertemuan Uus dan buruh
lainnya dengan Marsinah, yang terakhir. Sebab, mereka semuanya selama tiga hari
mengira, kalau Marsinah pergi untuk pulang ke kampung halamannya di Nganjuk.
Bahkan, buruh juga mendatangi kantor Kodim setempat, untuk mencari keberadaan
Marsinah selama tiga hari.
"Setelah tiga hari kami mencari keberadaan mbak
Marsinah. Baru pagi hari (8 Mei 1993), kami mendapat kabar, mbak Marsinah
ditemukan dalam keadaan meninggal penuh luka di hutan Dusun Jegong, Desa
Wilangan, Nganjuk," kata Uus yang sudah tampak lemas.
Mendengar kabar itu, Uus dan seluruh karyawan pabrik seolah
tidak percaya. Mereka hanya bisa menangis dan larut dalam kesedihan. Hingga
pagi harinya (9 Mei 1993), Uus dan sejumlah rekannya memutuskan untuk melayat
sekaligus memastikan kebenaran kabar tersebut ke rumah Marsinah di Desa
Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
"Setelah mendapat kabar, beberapa teman kami, datang
kesana untuk melayat dan melihat apakah itu memang Mbak Marsinah teman buruh
kami? Ternyata saat didatangi, memang benar," cerita Uus.
Kematian Marsinah
berbuntut panjang. Aparat membentuk Tim Terpadu kemudian menciduk 8 orang
petinggi PT CPS. Penangkapan ini dinilai menyalahi prosedur hukum. Tak ada yang
tahu kalau mereka dibawa ke markas TNI. Mereka
disiksa untuk mengaku telah membuat skenario membunuh Marsinah. Pemilik pabrik
PT CPS Yudi Susanto ikut dicokok.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah
mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Menurut penyidikan polisi,
Marsinah dijemput oleh pegawai PT CPS bernama Suprapto, lalu dihabisi Suwono,
Satpam PT CPS setelah disekap tiga hari.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara,
sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12
tahun. Mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan
bebas.
Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah
Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas
murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, menimbulkan ketidakpuasan sejumlah
pihak. Muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah direkayasa. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap
adanya rekayasa aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.
Setelah 23 tahun sulit sekali mengungkap kasus ini. Saat
mendatangi Kodim Sidoarjo, tak ada lagi yang mau bicara. "Mereka sudah tak ada lagi di sini. Sudah
pensiun," kata seorang anggota Kodim pada merdeka.com. Sementara itu Kontra tak henti-hentinya meminta Komnas HAM membuka ulang kasus
ini. Presiden Gus Dur dan Megawati sudah meminta kasus Marsinah diungkap total. Hingga hari ini KontraS menyebut kematian Marsinah masih
menjadi teka teki
D. Hal yang dapat dicontoh
dari perjuangan Marsinah
1.
Berani menghadapi intimidasi
Berbekal
keberanian luar biasa, Marsina membela hak-hak buruh. Bahkan, pada masa Orde
Baru, Marsina rela membangun korporasi menghadapi intimidasi dari berbagai
pihak, meski tuntutannya berkali-kali dibantah oleh pihak perusahaan.
2.
Bela mati-matian kawan buruh
Meski
harus menghadapi kekuatan militer, Marsina tak segan-segan membela
kawan-kawannya. Bersama Marsina, 15 buruh PT. Catur Putra Surya maju ke depan
untuk merundingkan haknya. Bahkan ketika 13 rekannya dipaksa keluar dari
perusahaan, Marsina mengancam akan mengadu ke pengadilan dan mendatangi Kodim
Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya.
3.
Semangat juang yang tinggi
Di
kalangan buruh, Marsina merupakan ikon semangat juang, khususnya bagi buruh
perempuan. Mereka semakin yakin bahwa mereka berjuang untuk kesetaraan gaji dan
kebebasan berserikat.
4.
Ingin terus belajar dan pantang menyerah
Meski
pekerjaannya hanya seorang buruh Marsina memiliki watak dan kemampuan belajar
yang luar biasa. Setiap pulang kerja, Marsina siap mengisi waktu luangnya
dengan mengambil kelas komputer untuk mengajar bahasa Inggris dengan harapan
suatu saat bisa berbagi dengan rekan-rekan lainnya.
Dan
ketika zaman Orde Baru, kesejahteraan kaum buruh sangatlah memprihatinkan. Per
hari, mereka hanya dibayar Rp. 1.700 untuk kerja selama 8-12 jam di pabrik.
Tapi, kebijakan perusahaan yang semena-mena nggak membuat Marsinah menyerah.
Berbekal Surat Edaran No. 50/Th. 1992 dari Gubernur Jawa Timur, Marsinah
memperjuangkan kenaikan gaji sebesar Rp 550 menjadi Rp 2.250 walau gerakan
agresif Marsinah nggak disukai perusahaan.
SUMBER
Sathya, Adhie. (2017). 4 Pelajaran Berharga Dari
Marsinah, Pahlawan Buruh Indonesia. Diakses pada 13 Oktober, dari https://www.pegipegi.com/travel/4-pelajaran-berharga-dari-marsinah-pahlawan-buruh-indonesia/
Sucahyo, Nurhadi. (2019). Marsinah: Dia Terus Ada dan
Berlipat Ganda. Diakses pada 13 Oktober, dari https://www.voaindonesia.com/amp/marsinah-dia-terus-ada-dan-berlipat-ganda/4911206.html
Addienmirza.(2014). “Biografi Marsinah”, tersedia dalam
https://id.scribd.com/doc/237959169/Biografi-Marsinah , diakses pada 20 Oktober
2021