Rabu, 20 Oktober 2021

MARSINAH


MARSINAH PAHLAWAN BURUH INDONESIA



A. BIOGRAFI MARSINAH

Marsinah lahir tanggal 10 April 1969. Anak nomor dua dari tiga bersaudara inimerupakan buah kasih antara Sumini dan Mastin. Sejak usia tiga tahun, Marsinahtelah ditinggal mati oleh ibunya. Bayi Marsinah kemudian diasuh oleh neneknya—Pu’irah—yang tinggal bersama bibinya dides aNglundo,Nganjuk,JawaTimur.

Sedari kecil, gadis berkulit sawo matang itu berusaha mandiri. Menyadari nenek danbibinya kesulitan mencari kebutuhan sehari-hari, ia berusaha memanfaatkan waktuluang untuk mencari penghasilan dengan berjualan makanan kecil. Di lingkungan keluarganya,ia dikenal anak rajin. Jika tidak adakegiatan sekolah,ia biasa membantu bibinya memasak didapur. Sepulang dari sekolah,ia biasa mengantar makanan untuk pamannya di sawah. Berbeda dengan teman sebayanya yang lebih sukabermain-main, ia mengisi waktu dengan kegiatan belajar dan membaca. Kalaupunkeluar, paling-paling dia hanya pergi untuk menyaksikan siaran berita televisi. Ia juga dikenal sebagai seorang pendiam, lugu, ramah, supel, tingan tangan dan setia kawan.Ia sering dimintai nasihat mengenai berbagai persoalan yang dihadapi kawan-kawannya. Kalau ada kawan yang sakit, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk. Selain itu ia seringkali membantu kawan-kawannya yang diperlakukantidak adil oleh atasan. Ia juga dikenal sebagai seorang pemberani. Paling tidak 2 sifatyang terakhir disebut—pemberani dan setia kawan—inilah yang membekalinyamenjadipeloporperjuangan.

Marsinah, tipikal buruh perempuan desa yang mengkota tapi terpinggirkan, munculsebagai pahlawan di tengah hiruk pikuk industrialisasi manufaktur dan represipenguasa di pertengahan dasawarsa 90-an. Ia bukan hanya mewakili ‘nasib malang’jutaan buruh perempuan yang menggantungkan masa depannya pada pabrik-pabrik padat karya berupah rendah,berkondisi kerja buruk,dantakterlindungihukum,tapipembunuhannya yang dimediasikan dan diartikulasikan oleh media massamenyediakan arena diskursif bagi pertarungan berbagai kepentingan dan hubungan kuasa: buruh-buruh, pengusaha, serikat buruh, lembaga swadaya masyarakat,birokrasi militer,kepolisian,dan sistem peradilan.

B. HAL YANG DILAKUKAN MARSINAH UNTUK RAKYAT INDONESIA

Marsinah dan rekan-rekannya membuat 12 tuntutan yaitu:

1. kenaikan upah sesuai kebutuhan buruh

2. tunjangan cuti haid

3. asuransi kesehatan buruh ditanggung perusahaan

4. THR minta satu bulan gaji sesuai himbauan pemerintah

5. uang makan ditambah

6. kenaikan uang transportasi

7. bubarkan Serikat Partai Buruh Seluruh Indonesia

8. tunjangan cuti hamil

9. upah karyawan baru disamakan dengan upah katyawan lama

10. pengusaha dilarang melakukan mutasi

11. intimidasi

12. dan PHK kepada karyaman yang menuntut haknya.

12 tuntutan tersebut merupakan perjuangan yang dilakukan marsinah untuk rakyat indonesia.

C) BERAKHIRNYA PERJUANGAN MEMBELA RAKYAT

Marsinah memimpin aksi pekerja PT Catur Putra Surya untuk mendapatkan kenaikan gaji dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250 per hari. Hal ini sesuai dengan instruksi Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Namun aksi itu membuat perusahaan panas. Gaji memang naik, namun akhirnya Marsinah dan teman temannya harus berurusan dengan aparat Kodim.

Rekan Marsinah, Uus, membeberkan hilangnya Marsinah hingga ditemukan tewas. Kejadiannya bermula saat Kodim memanggil 10 orang buruh PT CPS yang aktif berdemo. Marsinah yang mendengar hal itu segera menyusul teman-temannya ke Kodim. "Saat kami datang ke kantor Kodim, ternyata ada teman kami yang disiksa," tutur Uus saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (30/4). "Kamu tidak usah demo lagi, kamu harus keluar dari pabrik tidak usah bekerja. Kamu tahu siapa yang ada di dalam itu. Dengar suaranya, dia itu sekarang disiksa. Kalau tidak mau, kalian semua nasibnya itu seperti yang ada di dalam," kata Uus menirukan salah satu aparat Kodim waktu itu.Mendengar jeritan siksaan dari teman seperjuangan, Marsinah tidak gentar. Meski mendapatkan ancaman, akan diculik dan disiksa Marsinah terus melakukan pertemuan dan mendampingi teman-temannya. Tapi menurut Uus sebenarnya para buruh pun sudah puas dengan keputusan perusahaan yang menaikan gaji. Bahkan Marsinah meminta teman-temannya giat bekerja karena perjuangan sudah selesai.

"Wes yo rek, perjuangane awak dewe wes mari. Upahe awak dewe wes diundakno. Saiki, aku titip. Ayo kerjo sing temen, gawe masa depane awak dewe sesuk (Sudah iya rek, perjuangan kita semua sudah selesai. Upah kita sudah dinaikan. Sekarang, saya titip. Ayo kerja yang benar, buat masa depan kita)," kata Uus menirukan perkataan Marsinah.

Dari pertemuan yang dilakukan di salah satu tempat kos dekat gapura Siring Kuning, Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Marsinah dan tim buruh lainnya membubarkan diri.

"Sekitar pukul 10 malam (22.00 WIB), kita selesai pertemuan. Mbak Marsinah saat itu pamit makan ke seberang Jalan Raya Porong. Sedangkan kami, kembali ke kos masing-masing di Desa Siring," ujar dia.

Dari perpisahan itu, ternyata itu pertemuan Uus dan buruh lainnya dengan Marsinah, yang terakhir. Sebab, mereka semuanya selama tiga hari mengira, kalau Marsinah pergi untuk pulang ke kampung halamannya di Nganjuk. Bahkan, buruh juga mendatangi kantor Kodim setempat, untuk mencari keberadaan Marsinah selama tiga hari.

"Setelah tiga hari kami mencari keberadaan mbak Marsinah. Baru pagi hari (8 Mei 1993), kami mendapat kabar, mbak Marsinah ditemukan dalam keadaan meninggal penuh luka di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan, Nganjuk," kata Uus yang sudah tampak lemas.

Mendengar kabar itu, Uus dan seluruh karyawan pabrik seolah tidak percaya. Mereka hanya bisa menangis dan larut dalam kesedihan. Hingga pagi harinya (9 Mei 1993), Uus dan sejumlah rekannya memutuskan untuk melayat sekaligus memastikan kebenaran kabar tersebut ke rumah Marsinah di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

"Setelah mendapat kabar, beberapa teman kami, datang kesana untuk melayat dan melihat apakah itu memang Mbak Marsinah teman buruh kami? Ternyata saat didatangi, memang benar," cerita Uus.

Kematian Marsinah berbuntut panjang. Aparat membentuk Tim Terpadu kemudian menciduk 8 orang petinggi PT CPS. Penangkapan ini dinilai menyalahi prosedur hukum. Tak ada yang tahu kalau mereka dibawa ke markas TNI. Mereka disiksa untuk mengaku telah membuat skenario membunuh Marsinah. Pemilik pabrik PT CPS Yudi Susanto ikut dicokok.

Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Menurut penyidikan polisi, Marsinah dijemput oleh pegawai PT CPS bernama Suprapto, lalu dihabisi Suwono, Satpam PT CPS setelah disekap tiga hari.

Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun. Mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas.

Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak. Muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah direkayasa. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.

Setelah 23 tahun sulit sekali mengungkap kasus ini. Saat mendatangi Kodim Sidoarjo, tak ada lagi yang mau bicara. "Mereka sudah tak ada lagi di sini. Sudah pensiun," kata seorang anggota Kodim pada merdeka.com. Sementara itu Kontra tak henti-hentinya meminta Komnas HAM membuka ulang kasus ini. Presiden Gus Dur dan Megawati sudah meminta kasus Marsinah diungkap total. Hingga hari ini KontraS menyebut kematian Marsinah masih menjadi teka teki

D. Hal yang dapat dicontoh dari perjuangan Marsinah

1. Berani menghadapi intimidasi

Berbekal keberanian luar biasa, Marsina membela hak-hak buruh. Bahkan, pada masa Orde Baru, Marsina rela membangun korporasi menghadapi intimidasi dari berbagai pihak, meski tuntutannya berkali-kali dibantah oleh pihak perusahaan.

2. Bela mati-matian kawan buruh

Meski harus menghadapi kekuatan militer, Marsina tak segan-segan membela kawan-kawannya. Bersama Marsina, 15 buruh PT. Catur Putra Surya maju ke depan untuk merundingkan haknya. Bahkan ketika 13 rekannya dipaksa keluar dari perusahaan, Marsina mengancam akan mengadu ke pengadilan dan mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya.

3. Semangat juang yang tinggi

Di kalangan buruh, Marsina merupakan ikon semangat juang, khususnya bagi buruh perempuan. Mereka semakin yakin bahwa mereka berjuang untuk kesetaraan gaji dan kebebasan berserikat.

 

4. Ingin terus belajar dan pantang menyerah

Meski pekerjaannya hanya seorang buruh Marsina memiliki watak dan kemampuan belajar yang luar biasa. Setiap pulang kerja, Marsina siap mengisi waktu luangnya dengan mengambil kelas komputer untuk mengajar bahasa Inggris dengan harapan suatu saat bisa berbagi dengan rekan-rekan lainnya.

Dan ketika zaman Orde Baru, kesejahteraan kaum buruh sangatlah memprihatinkan. Per hari, mereka hanya dibayar Rp. 1.700 untuk kerja selama 8-12 jam di pabrik. Tapi, kebijakan perusahaan yang semena-mena nggak membuat Marsinah menyerah. Berbekal Surat Edaran No. 50/Th. 1992 dari Gubernur Jawa Timur, Marsinah memperjuangkan kenaikan gaji sebesar Rp 550 menjadi Rp 2.250 walau gerakan agresif Marsinah nggak disukai perusahaan.

 

 

 

SUMBER


Sathya, Adhie. (2017). 4 Pelajaran Berharga Dari Marsinah, Pahlawan Buruh Indonesia. Diakses pada 13 Oktober, dari https://www.pegipegi.com/travel/4-pelajaran-berharga-dari-marsinah-pahlawan-buruh-indonesia/

 

Sucahyo, Nurhadi. (2019). Marsinah: Dia Terus Ada dan Berlipat Ganda. Diakses pada 13 Oktober, dari https://www.voaindonesia.com/amp/marsinah-dia-terus-ada-dan-berlipat-ganda/4911206.html

 

Addienmirza.(2014). “Biografi Marsinah”, tersedia dalam https://id.scribd.com/doc/237959169/Biografi-Marsinah , diakses pada 20 Oktober 2021


Pranata, Gerin Rio.(2019). “Marsinah, Simbol Perjuangan Buruh Indonesia”, tersedia dalam http://aklamasi.id/2019/05/02/marsinah-simbol-perjuangan-buruh-indonesia/ , diakses pada 20 Oktober 2021

Rizal, Jawahir Gustav.(2020). “Cerita Marsinah Pahlawan Buruh yang Terbunuh pada 8 Mei 1993”, tersedia dalam https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/08/142047065/cerita-marsinah-pahlawan-buruh-yang-terbunuh-pada-8-mei-1993 , diakses pada 20 Oktober 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lembaga Sosial

  Kita, sebagai makhluk sosial tentunya membutuhkan adanya lembaga sosial yang dimana intraksi sosial terjadi di dalamnya. Lembaga sosial ha...